Suasana ruang manusia purbakala, Museum Nasional, Jakarta. |
Setelah selama ini tak pernah lagi diketahui persis keberadaannya,
akhirnya goa tempat dokter Belanda, Eugene Dubois, menemukan tengkorak
manusia purba di Kecamatan Wajak, Tulungagung, Jawa Timur, ditemukan.
Goa
ditemukan Trijono (41), guru Sejarah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1
Tulungagung, yang juga pemimpin lembaga Kajian Sejarah Sosial dan
Budaya (KS2B). Trijono terbawa nalurinya sebagai ilmuwan alumnus Jurusan
Sejarah Fakultas Sastra Universitas Udayana mencari-cari lokasi kerja
Dubois hingga akhirnya menemukannya.
Trijono yang ditemui pada
Kamis, 12 April 2012 mengungkapkan, dia telah menguji temuannya berdasarkan
dokumen dan catatan sejarah Dubois. Dia yakin, lokasi itulah yang
merupakan lokasi kerja Dubois yang menemukan tengkorak manusia purba Homo wajakensis tahun 1889. Dengan
demikian, situs-situs manusia Jawa yang ditemukan Dubois kian
lengkap bersama lokasi temuan Dubois lainnya di Trinil, Ngawi, Jawa
Timur, dan di Sangiran, Solo, Jawa Tengah.
"Tentu saja lokasi
ini memerlukan sebuah pengujian lengkap dan menyeluruh dari para pakar
prasejarah untuk memastikan kebenarannya. Saat ini, tim dari Universitas
Gadjah Mada sudah berencana melakukan ekspedisi ke goa ini, selain
ekspedisi ke lokasi purbakala lainnya di Tulungagung, pada awal Mei 2012
untuk memastikannya," tutur Trijono.
Sumber informasi mengenai karya Dubois ditulis oleh sejarawan Paul Strom dalam buku yang terbit tahun 1995, Scriptura
Geologica, the Evolutionary Significance of the Wajak Skull National
Natuurhistorisch Museum, Geboren te's Gravenhage. Setelah membaca buku itu, Trijono menelusuri lokasi tersebut bersama tim K2SB yang dipimpinnya.
Menurut
dia, selama ini entah mengapa lokasi kerja Dubois ini tak dikenal lagi
oleh masyarakat ilmiah dan masyarakat Tulungagung. Hanya dua lokasi
kerja Dubois yang dikenal, yakni di Trinil dan Sangiran, yang kini
sudah didirikan museum. "Mengapa bisa dilupakan dan malah tidak
diketahui keberadaaannya, saya tidak paham. Saya datang ke Tulungagung
tahun 2004 karena diterima bekerja sebagai guru Sejarah di MAN 1. Sejak
itu saya mencari-cari, bukan hanya goa Homo wajakensis saja, melainkan juga semua situs sejarah yang lain, termasuk sembilan situs sejarah Majapahit," ungkapnya.
Ada
sejumlah tanda tanya, kata Trijono, karena pada masa yang cukup dekat
dengan masa sekarang itu Dubois tercatat bekerja di Wajak, bukan
Tulungagung. Kini, Wajak adalah nama kecamatan. Itu sebabnya, spesies
manusia prasejarah itu dinamai wajakensis. "Lalu, pertanyaan saya, di mana Tulungagung masa 1889? Wajak hanya berjarak 15 kilometer dari Tulungagung. Mengapa tidak dinamai tulungagungensis? Kami belum selesai menjawab soal itu," katanya.
Buku
itu kemudian menuntun Trijono hingga ke goa tempat Dubois menemukan
tengkorak manusia purba. Salah satu yang paling meyakinkan, Trijono
menemukan tugu pabrik marmer zaman Belanda. Dalam laporannya, Dubois
menyebutkan, goa manusia purba itu berada di depan tugu marmer tersebut.
"Tugu itu saya temukan, persis seperti penjelasan Dubois. Kalau masa
sekarang, tugu marmer itu penanda lokasi, seperti kira-kira koordinat
GPS," ujar Trijono.
Dubois adalah seorang dokter militer Belanda pada era tanam paksa (cultur stelsel).
Seperti ilmuwan Barat umumnya, Dubois gemar melakukan penelitian. Di
lokasi-lokasi kerjanya, Dubois mengisi waktu senggang setelah selesai
bekerja dengan mencari temuan-temuan purbakala, termasuk saat bekerja di
Wajak, Tulungagung.
Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga
Tulungagung Hendri Sugiarti menjelaskan, pihaknya menyambut sangat baik
temuan ini dan kini malah sudah menyiapkan pembuatan monumen di lokasi
tersebut. "Saat ini, kami menyambut kedatangan tim besar prasejarah
dari Universitas Gadjah Mada yang hendak melakukan eksplorasi dan
penelitian di bekas goa Dubois. Kami berharap akan bisa membuat museum
serta menyiapkan sarana dan prasarana untuk menjadikannya lokasi wisata
ilmiah. Namun, itu masih akan dibahas oleh pemkab," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar