Minggu, 11 Maret 2012

Jakarta Perlu Pemimpin Tegas, Tak Harus Militer


Sejarawan dan budayawan Betawi, Ridwan Saidi, berpendapat bahwa Jakarta membutuhkan pemimpin yang berwibawa dan tegas. Meskipun demikian, bukan berarti Jakarta harus dipimpin seorang gubernur dari kalangan militer.

"Jakarta perlu pemimpin yang tegas, tetapi tidak harus militer," kata Ridwan

Ridwan mencontohkan beberapa gubernur dari kalangan sipil yang dinilainya berprestasi dalam membangun Ibu Kota. Ia menyebut nama gubernur pertama Soewirjo, gubernur keempat Samsurijal, dan gubernur keenam Soemarno Sosroatmodjo. "Tentu saja ada Ali Sadikin (dari militer). Yang ke sini-sini (setelah Ali Sadikin) sudah enggak ada yang menonjol," lanjut Ridwan.

Premanisme yang berkembang di Jakarta tidak bisa dijadikan alasan untuk memilih gubernur dari kalangan militer. Pasalnya, tidak hanya gubernur yang bertanggung jawab atas penanganan tindak kekerasan oleh aktor-aktor yang tak berwenang. "Preman itu bukan hanya gubernur sendiri yang menghadapi. Seluruh Muspida memiliki tanggung jawab untuk menangani itu," kata Ridwan.

Ridwan menolak berkomentar lebih jauh soal pengusungan calon berlatar belakang militer. Alasannya, ia menilai bahwa pentingnya seorang gubernur dari kalangan militer hanyalah isu atau kampanye yang sengaja diembuskan demi kepentingan calon-calon tertentu.

Menjelang pembukaan pendaftaran pasangan calon Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017, sejumlah nama semakin menguat untuk menjadi kandidat DKI-1 dan DKI-2. Mereka adalah Alex Noerdin dan Nono Sampono dari Partai Golkar, Joko Widodo atau Jokowi dari PDI Perjuangan, Nachrowi Ramli dari Partai Demokrat, Fauzi Bowo dari kemungkinan koalisi sejumlah partai, Triwisaksana dari PKS, serta Faisal Basri dan Hendardi Soepandji dari calon perseorangan. Nono, Nachrowi, dan Hendardi memiliki latar belakang TNI/Polri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar