Sejarawan dan budayawan Betawi, Ridwan Saidi, berpendapat bahwa
Jakarta membutuhkan pemimpin yang berwibawa dan tegas. Meskipun demikian, bukan
berarti Jakarta harus dipimpin seorang gubernur dari kalangan militer.
"Jakarta perlu pemimpin yang tegas, tetapi tidak harus
militer," kata Ridwan
Ridwan mencontohkan beberapa gubernur dari kalangan sipil yang
dinilainya berprestasi dalam membangun Ibu Kota. Ia menyebut nama gubernur
pertama Soewirjo, gubernur keempat Samsurijal, dan gubernur keenam Soemarno
Sosroatmodjo. "Tentu saja ada Ali Sadikin (dari militer). Yang ke
sini-sini (setelah Ali Sadikin) sudah enggak ada yang menonjol," lanjut
Ridwan.
Premanisme yang berkembang di Jakarta tidak bisa dijadikan
alasan untuk memilih gubernur dari kalangan militer. Pasalnya, tidak hanya
gubernur yang bertanggung jawab atas penanganan tindak kekerasan oleh
aktor-aktor yang tak berwenang. "Preman itu bukan hanya gubernur sendiri
yang menghadapi. Seluruh Muspida memiliki tanggung jawab untuk menangani
itu," kata Ridwan.
Ridwan menolak berkomentar lebih jauh soal pengusungan calon
berlatar belakang militer. Alasannya, ia menilai bahwa pentingnya seorang
gubernur dari kalangan militer hanyalah isu atau kampanye yang sengaja
diembuskan demi kepentingan calon-calon tertentu.
Menjelang pembukaan pendaftaran pasangan calon Gubernur DKI
Jakarta periode 2012-2017, sejumlah nama semakin menguat untuk menjadi kandidat
DKI-1 dan DKI-2. Mereka adalah Alex Noerdin dan Nono Sampono dari Partai
Golkar, Joko Widodo atau Jokowi dari PDI Perjuangan, Nachrowi Ramli dari Partai
Demokrat, Fauzi Bowo dari kemungkinan koalisi sejumlah partai, Triwisaksana
dari PKS, serta Faisal Basri dan Hendardi Soepandji dari calon perseorangan.
Nono, Nachrowi, dan Hendardi memiliki latar belakang TNI/Polri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar